Liburan Pesantren Bukan Berarti Santri Libur Ngaji

Banyak santri yang belakangan ini memilih pulang kampung saat pondok pesantren meliburkan sementara aktivitas belajar santri. Liburan pesantren kali ini mengikuti liburan sekolah seusai siswa-siswi yang juga adalah santri sudah tuntas menjalani ujian sekolah.

 

Sebagian santri sudah pulang mengunjungi keluarganya masing-masing.   Kendati demikian, pihak pesantren mengingatkan agar santri tetap jalankan shalat dan mengaji,  liburan tidak berarti libur shalat dan ngaji. Akan tetapi aktivitas rutin ibadah di pesantren tetap harus dijalankan di saat liburan.

 

“Pada malam ini saya mengingatkan akan pemahaman liburan. Liburan bukan berarti tidak melaksanakan kegiatan apapun. Tidak solat, tidak mengaji. Itu pemahaman yang salah,” ujarnya Kyai Imam Syaukani. Menurutnya, kalau pemahaman liburan seperti itu, nanti akan menimbulkan persoalan ketika mau kembali ke pondok.

 

Lebih lanjut, kiai Imam Syaukani menjelaskan dengan adanya liburan, santri  akan mengetahui jerih payah orang tua.   “Yang orang tuanya pedagang, di malam hari mereka sudah bangun untuk menyiapkan dagangannya. Yang bekerja di kantor pagi sudah berangkat, pulang hingga larut malam, yang orang tuanya petani, mereka rela mandi keringat di tengah teriknya matahari,” terangnya.   Maka lanjutnya, ketika santri kembali ke pondok hendaknya menjadi pembuktian dan penghargaan terhadap jerih payah orang tua. Santri bisa lebih rajin dan semangat lagi.

Kiai Imam Syaukani menyampaikan 7 pesan agar dipedomani para santri, yakni:

  1. Santri wajib menjaga shalat lima waktu dan shalat sunnah.
  2. Santri wajib menjaga nama baik pondok pesantren.
  3. Santri wajib menjaga akhlak, sopan-santun dan cara berpakaian selama di rumah.
  4. Santri wajib menjaga hafalan dengan selalu mengulangi hafalannya (deresan) tiga kali setiap hari.
  5. Santri wajib menyimakkan hafalannya setiap bakda maghrib kepada orang tua atau ustadz yang ditunjuk oleh orang tua.
  6. Orang tua memiliki kewajiban mengingatkan kepada putranya agar menjaga shalat dan hafalannya.
  7. Santri juga bisa ziarah ke Makam orang salih (Auliya) di daerahnya masing-masing. Begitu juga bisa berkunjung kepada guru sekolah yang telah mengajar di jenjang sebelumnya.
  8. Agar liburan lebih berkesan, santri bisa menggunakan waktunya dengan bercengkrama (quality time) bersama keluarga. Tak ada salahnya jika diisi dengan penyegaran jiwa (refresing) ke ruang terbuka, semisal pantai atau gunung.    (Sumber: NU Online)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *