Sukabumi – Museum Prabu Siliwangi menjadi salah satu museum yang kaya akan koleksi-koleksi bernuansa zaman Pajajaran, umum hingga koleksi Nabi dan Kesultanan Ustmaniyah.
Lokasi museum ini berada dalam kawasan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Jalan Merbabu, Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi.
Selama Ramadan, banyak pengunjung yang berdatangan baik itu dari dalam kota maupun luar kota. Rata-rata pengunjung merupakan wisatawan, siswa dari berbagai sekolah, hingga santri pondok pesantren dari Banten, DKI Jakarta dan wilayah Jawa Barat.
Museum Prabu Siliwangi didirikan pada 2011 dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat saat itu Ahmad Heryawan. Museum Prabu Siliwangi telah menyimpan ratusan benda yang menjadi bukti peradaban masyarakat Sunda pada zaman prasejarah hingga dikenal sampai ke mancanegara.
Koleksi-koleksi itu di simpan dan terbagi dalam tiga ruangan. Ruangan pertama menyimpan koleksi sejarah umum seperti arca zaman polynesia, alat rumah tangga zaman dulu, dokumen Belanda, bendera merah putih yang ditandatangani Ir. Soekarno, tombak yang dipakai pribumi, bebatuan kuno dan lain sebagainya.
Kemudian di ruang kedua menyimpan koleksi peninggalan zaman Prabu Siliwangi. Misalnya seperti prasasti 130 gambar kujang, kitab sasakala Prabu Siliwangi, Nyai Subang Larang, buku Prabu Kian Santang, Nyai Rara Santang dan naskah Sunda serta kitab kuno.
Ada juga mahkota Naga Barong, mahkota yang diberikan kerajaan Bali kepada kerajaan Padjajaran sebagai cendramata. Tak ketinggalan, koleksi pusaka kujang naga emas, pusaka kujang waro dan pusaka kujang heulang.
Ruangan ketiga yaitu koleksi agama Islam. Yang menjadikan istimewa museum ini karena ada koleksi rambut Nabi Muhammad SAW. Selain itu, ada juga kitab Al-Qur’an dari ukuran kecil hingga besar, kitab Zabur dan Injil Barnabas.
Koleksi lainnya ada kitab-kitab peninggalan para wali, naskah Sahadat Sajati, pakaian wanita zaman Kesultanan Ustmaniyyah, berbagai koleksi cincin dan masih banyak lagi.
Pendiri sekaligus pimpinan Ponpes Al-Fath, KH Fajar Laksana merupakan keturunan ke-17 Prabu Siliwangi. Tak heran, mayoritas dari koleksi yang ada di museum itu merupakan warisan keluarga.
“Baik alhamdulillah museum ini hampir terbanyak dari warisan keluarga. Kami dari keluarga besar Raden Sumawinata yang memiliki beberapa peninggalan benda-benda bersejarah,” kata Fajar saat ditemui detikJabar beberapa waktu lalu.
Mulanya, benda warisan keluarga itu tercecer di beberapa keturunan. Kemudian, saat Fajar mendirikan lembaga pendidikan, maka tercetuslah museum ini untuk menyimpan sekaligus mengedukasi masyarakat tentang sejarah.
“Karena saya membuat lembaga pendidikan pesantren maka saudara-saudara itu cenderung memberikan benda-benda itu ke saya untuk edukasi. Sekama ini hanya jadi benda warisan yang dipegang oleh keluarga. Saya kumpulkan maka kemudian dirikanlah museum,” ujarnya.
Penamaan Museum Prabu Siliwangi karena adanya beberapa koleksi masterpiece (mahakarya) yang berkaitan dengan Prabu Siliwangi. Tujuan pendirian museum ini tak lepas dari pendidikan dan penelitian.
“Penelitiannya beberapa mahasiswa UPI dan UIN sempat melakukan penelitian terhadap museum ini. Kita juga mengusulkan ke BRIN agar ada penelitian batu dan naskah-naskah kuno sehingga bisa dipertanggungjawabkan,” ucapnya.
“Alhamdulillah setiap hari selalu ada kunjungan. Kalau di bulan Ramadan hampir sekolah-sekolah dari Banten, Jabar, Jakarta hampir selalu ada bahkan rombongan. Ribuan pengunjung dalam satu bulan rutin,” sambungnya.
Atikah (21) mahasiswa asal Banten mengaku, sangat takjub dengan koleksi-koleksi yang ada di Museum Prabu Siliwangi. Dia terkesan dengan koleksi rambut, tongkat dan telapak kaki Nabi Muhammad.
“Menurut saya pribadi museum ini masyaallah mungkin di ponpes lain nggak ada. Zaman sekarang menemukan jejak kanjeng Nabi saja sudah susah apalagi kita melihat rambut kanjeng Nabi. Itu keberuntungan bagi saya bisa berada di ponpes Dzikir Al-Fath,” kata Atikah.
“Yang sangat berkesan ada telapak kanjeng Nabi, peninggalan tongkat dan lain sebagainya. Secara keseluruhan menurut saya is the best lah,” sambungnya.
Sumber : “Ngabuburit Sambil Belajar Sejarah di Museum Prabu Siliwangi Ponpes Al-Fath” selengkapnya https://www.detik.com/jabar/jabar-gaskeun/d-7246340/ngabuburit-sambil-belajar-sejarah-di-museum-prabu-siliwangi-ponpes-al-fath.