Makna Perjalanan Aplikatif dari Rangkaian Ibadah hajiEfek Ibadah bagi setiap hamba paling tidak harus memiliki dua dimensi yaitu efek nafsiah yang lansung dirasakan oleh diri sendiri dan efek basyariah yang dirasakan oleh manusia dan mahluk lainnya. Rangkaian ibadah haji dimulai dari niat (memakai ihrom), wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, mabit di Mina, lontar jamarot, tahalul awal (cukur rambut), tawaf ifadoh, sa’i dan tahalul tsani (tartib) merupakan rangkaian ibadah yang 90% membutuhkan kekuatan fisik.
Sehingga berefek bagi para jamaah yang memiliki berbagai keterbatasan terutama bagi para lansia. Mereka sangat membutuhkan bantuan dan pertolongan jamaah lainnya untuk membantu dalam menyempurnakan rukun dan wajib hajinya. Sesama jamaah harus peduli bagi jamaah yang terserang penyakit, menggunakan kursi roda, kecapaian ketika Jamarot, keletihan ketika tawaf dan sa’i, jamaah yang tidak bisa pulang ke maktab, dan berbagai masalah lainnya.
Disitulah dituntut kepedulian jamaah lain yang kuat untuk membantu mereka, tidak hanya fokus pada kepentingan ibadah mereka masing – masing tetapi peduli bagi sesama yang membutuhkan. Nabi kita bersabda “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya” (HR Ahmad Thabrani, Adaruqutni).
Peduli sesama dalam rangkaian ibadah haji tidak hanya akan dirasakan ansih oleh jamaah yang dibantu, tetapi akan memberikan efek yang tak bisa dirasakan oleh orang lain tapi Alloh akan memberikan nilai yang tak terhitung berupa pahala yang berlipat ganda dan feedback spiritual yang hanya akan bisa dirasakan oleh mereka yang melakukannya.
Semoga kepedulian kepada sesama akan menjadi ciri bagi para hambanya yang sudah melaksanakan dan menyandang haji mabrur. Amin Ya Alloh Ya Rabbal Alamin
(Alfakir, Mina, 11 Dzulhijjah 1445 H/17 Juni 2024)