Rencana Allah yang Terbaik, Setiap Umat Muslim Harus Meyakininya

Segala ketentuan yang terjadi di dunia ini merupakan rencana Allah Swt. Tidak ada yang bisa mengubahnya, kecuali hanya Dia. Allah Swt berfirman: “Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan (semua mahluk) dan menyempurnakannya, yang memberi takdir kemudian mengarahkan(nya)” (QS. Al-A’la 1-3).
Takdir Allah sudah ditetapkan jauh sebelum manusia ada. Mulai dari jodoh, rezeki, pekerjaan, dan maut, semua telah diatur dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, umat Muslim harus meyakini bahwa rencana Allah yang terbaik.
Ketetapan Allah tidak akan membawa manusia pada kesesatan. Justru sebaliknya, akan membawa manusia pada kehidupan yang aman dan tentram.
Sehingga, tidak perlu ada keraguan dalam hati mengenai rencana Allah yang akan datang. Lantas, bagaimana cara manusia memaknai hal tersebut? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.

Rencana Allah yang Terbaik

Untuk bisa menjalani kehidupan yang aman dan tentram, umat Muslim harus meyakini bahwa rencana Allah yang terbaik. Ia harus mengimani setiap ketetapan yang diberikan kepadanya, tanpa ada rasa ragu sedikit pun.
Manusia hanya bisa berencana, namun Allah lah yang menetapkan. Allah tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 216: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Takdir dan rencana Allah meliputi dua hal yakni qada dan qadar. Mengutip buku Beriman kepada Qada dan Qadar karya Abdul Hadi Awang (2008), qada adalah kehendak Allah yang ditetapkan pada zaman azali dan menempati apa yang diadakan. Sedangkan qadar adalah sesuatu yang ditentukan oleh qada berupa sifat, keadaan, kedudukan, masa, dan sebab.
Singkatnya, qada adalah ketetapan atau takdir yang telah dituliskan sebelum manusia diciptakan, sementara qadar adalah realisasi dari ketetapan tersebut. Keduanya harus diimani oleh umat Islam sebagai bentuk kecintaan kepada Allah Swt.
Untuk memaknai takdir dan rencana Allah, umat Muslim dianjurkan untuk berikhtiar dan bertawakal. Ia bisa memanjatkan doa dan berusaha semaksimal mungkin melakukan yang terbaik.
Menurut Fachruddin Ghazy dalam buku Rahasia Agar Doa Selalu Dikabulkan Allah Swt, doa termasuk salah satu ketentuan bagi manusia di dunia. Allah Swt sudah berjanji untuk mengabulkan doa yang dipanjatkan oleh hamba-Nya dan Dia tidak akan mengingkari janji-Nya.
Doa merupakan bentuk dari sikap tawakal. H. Supriyanto, Lc., M.S. dalam bukunya yang berjudul Tawakal Bukan Pasrah (2010: 4) menjelaskan, bahwa ada dua fase penting dalam bertawakal kepada Allah.
Fase pertama adalah fase usaha atau kerja. Dalam fase ini, seseorang harus mengikuti mekanisme alam (sunatullah) dengan melakukan usaha-usaha. Fase kedua yaitu menunggu hasil. Di sinilah waktu untuk berserah kepada Allah dengan sepenuh hati dan meyakini bahwa apa pun hasil usahanya tak terlepas dari kehendak Allah SWT.
Berangkat dari hal tersebut, perlu diingat bahwa tawakal bukanlah pasrah. Tawakal harus didahului dengan ikhtiar atau usaha yang sungguh-sungguh, bukan justru meninggalkan usaha sama sekali dan hanya bergantung kepada Allah SWT.
Sumber : Kumparan.Com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *