Ahad Pagi Jamaah Kloter 24 KJT melaksanakan tawaf wada tawaf perpisahan menutup rangkaian ibadah di Masjidil Harom untuk kembali ke Tanah Air. Walaupun para jamaah berpisah dengan tanah haram, tetapi harapan, keinginan, dan doa semua jamaah kepada pemilik segala urusan agar mereka dengan seizin-Nya bisa kembali ke Tanah Suci untuk ber-thawaf, sa’i, shalat di depan Ka’bah, di belakang Makom Ibrahim, berdo’a di Multajam, mencium Hajar Aswad, shalat di masjid Nabawi, Berdo’a di Raudhah, sampai mengunjungi kembali tempat-tempat bersejarah di Mekkah Madinah.
Sejatinya kepulangan jamaah ke tanah air di dalam dirinya harus sudah terinternalisasi (menyatu) dengan makna makna ruhiyah rangkaian Ibadah Haji. Memakai Ihrom yang putih tanpa dijahit memberikan pesan bahwa itulah yang akan membungkus kita (kain kafan) ketika kita dimasukan ke liang lahat, harta benda keduniaan semuanya ditinggalkan kecuali Amal shalih kita.
Wukuf di padang Arofah merupakan pra kontruksi berkumpulnya kita di padang Mahsyar dimana matahari berjarak 1 mil di atas kita, dan “tidak ada perlindungan kecuali perlindungan Alloh” (HR Bukhari), tidak ada pertolongan kecuali safaat Nabiyina Muhammad, SAW.
Mabit di Muzdalifah mengajarkan pada kita di keheningan malam untuk senan tiasa bertaqorrub, berkontemplasi membersihkan hati kita, menyucikan jiwa kita, menyatukan diri kepada sang Pemilik dunia dan seisinya, memohon segala hajat kita. “Dan dari sebahagian malam bertahajudlah!” (Al-Isra:79)
Mabit di Mina dari tanggal 10, 11,12, dan 13 melatih kita untuk hidup bersama, mempererat tali persaudaraan, saling membantu, tidak egois dan mengasah kesalehan sosial kita. Melontar jumroh mengajarkan kita untuk melawan nafsu dan godaan syaitan dengan sekuat tenaga, secara terus menerus, “sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (Al-A’raf:7).
Rukun Haji selanjutnya Tawaf mengelilingi Ka’bah tujuh putaran berlawanan arah jarum jam melambangkan bahwa kehidupan manusia menuju pada titik yang satu yaitu kepada pemilik segalanya, Alloh Azza wa Jalla, manusia harus berputar, berjalan pada garis sunatulloh, maka yang mencoba mengingkarinya pasti tidak akan selamat, thawaf juga mengistaratkan bahwa kekuatan umat adalah dalam jamaah dan persatuan.
Sa’i berlari kecil dari shafa ke Marwa sebanyak 7 kali, memotivasi kita untuk fokus dalam beriktiar berproses baik untuk urusan dunia maupun akhirat, proses harus dimulai dari Shafa artinya Suci dilakukan dengan jalan yang benar, halal, dan diakhiri di Marwa arinya proses menuju pada kehormatan dan kemulyaan.
Seluruh ritual Haji merupakan rangkaian ibadah yang membuktikan ketaatan hamba pada khalik-Nya demi menyempurnakan keislaman dan meraih drajat Nabrur. “Alhajju Mabruru laisa lahu jaza ila Al-Jannah” (HR.Bukhari)
(Al-Fakir: Makkah1 Muharram 1446 H/8 Juli 2024 M)