FPPU – Parenting adalah cara orangtua dalam mendidik anak. Namun, ada kalanya orangtua kurang memerhatikan hal ini sehingga mengakibatkan anak-anak menjadi kurang perhatian atau kurang kasih sayang. Padahal dalam mendidik anak juga perlu pendidikan Islam di dalamnya.
Metode Nabi Muhammad dalam mendidik anak menjadi acuan bagi orangtua, terutama untuk umat Islam. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits. “Ajarilah, permudahlah, janganlah engkau persulit, berilah kabar gembira, jangan engkau beri ancaman.
Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah diam” (H.R. Ahmad dan Bukhari). Baca Juga: Tips Parenting ala Kimbab Family yang Bisa Ditiru, Nomor 3 Sering Dilupakan para Orangtua Ada banyak metode pendidikan yang bisa disimpulkan dari hadits-hadits Nabi Muhammad SAW dan juga dari perilaku sosial Nabi kepada anak-anak maupun cucu-cucu beliau. Selain itu, ada pula yang diambil dari dialog langsung antara beliau dengan anak-anak atau kepada para bapak tentang cara memperlakukan anak-anak mereka.
Menurut Muhammad Nur Abdul Hafiz Suwaid dalam bukunya yang berjudul Prophetic Parenting; Cara Nabi Mendidik Anak (2010), terdapat beberapa metode parenting Islami yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam mendidik anak bisa direalisasikan ke dalam beberapa hal, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Menjadi uswah hasanah (suri teladan) yang baik Metode yang terbukti berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial dalam diri anak merupakan keteladanan dalam pendidikan terhadap anak. Figur terbaik dalam pandangan anak adalah orangtua karena tindakan orangtua senantiasa ditiru oleh mereka. Suri teladan yang baik akan berdampak besar pada kepribadian anak hingga dewasa nanti.
Hal ini disebabkan oleh mayoritas tindakan yang ditiru anak yang berasal dari kedua orangtuanya. Bahkan bisa dipastikan pengaruh yang paling dominan pasti berasal dari ajaran dan perilaku kedua orangtuanya. Rasulullah SAW memerintahkan kepada para kedua orangtua untuk menjadi uswah hasanah (suri teladan) yang baik dalam bersikap dan berperilaku jujur ketika berhubungan dengan anak.
Ini karena anak-anak akan selalu memperhatikan dan meneladani sikap dan perilaku orang dewasa. Jika anak-anak melihat kedua orangtuanya berperilaku jujur, maka mereka akan tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang dipenuhi kejujuran dan demikian seterusnya.
Jika orangtua mengajarkan kebohongan, maka anak akan berperilaku bohong juga. Dengan demikian, hendaknya kedua orangtua selalu dituntut untuk menjadi suri teladan yang baik bagi anak-anaknya. Seorang anak akan selalu memperhatikan sikap dan ucapan kedua orangtuanya, hal ini dilakukan oleh anak dalam masa pertumbuhan.
Maka, orangtua dituntut untuk mengerjakan perintah-perintah Allah SWT dan sunnah-sunnah Rasul-Nya serta mengajarkan kepada anak-anak agar senantiasa menjadi anak-anak saleh dan salihah yang dirindukan oleh surga-Nya. Oleh karena itu, setiap orangtua hendaknya menahan dan menjaga diri dari hal maksiat. Penjagaan diri yang dimaksud bisa dilakukan dengan upaya seorang ayah atau ibu dalam rangka menampilkan uswatun hasanah kepada anaknya.
2. Mencari waktu yang tepat untuk memberi pengarahan Kedua orangtua seharusnya memahami bahwa memilih waktu yang tepat untuk memberikan pengarahan kepada anak-anak akan memberi pengaruh yang baik terhadap hasil nasihatnya. Oleh karena itu, memilih waktu yang tepat dan efektif untuk meringankan tugas orangtua dalam mendidik anak harus dilakukan. Hal ini dilakukan karena sewaktu-waktu anak bisa menerima nasihatnya, tapi juga terkadang pada waktu yang lain ia akan menolak dengan keras. Jika orangtua bersabar untuk mengarahkan hati sang anak untuk menerimanya dengan memberikan pengarahan yang diberikan akan memperoleh keberhasilan dalam upaya pendidikan.
Sebaliknya jika orangtua tidak bisa bersabar, maka pengarahan yang diberikan akan memperoleh kegagalan. Rasulullah SAW selalu memperhatikan secara teliti tentang waktu dan tempat yang tepat untuk mengarahkan anak, membangun pola pikir anak, mengarahkan perilaku anak dan menumbuhkan akhlak yang baik (akhlak mahmudah) pada diri anak.
Saat anak dalam kondisi belum siap menerima nasihat, orangtua sebaiknya menundanya terlebih dahulu. Kedekatan antara orangtua dan anak juga sangat penting supaya tidak terjadi perselisihan atau pertengkaran yang terjadi saat memberi pengarahan. Orangtua Wajib Tahu Metode Nabi Muhammad dalam mendidik anak bukan tentang anak yang dikontrol oleh orangtua, tapi tentang bagaimana orangtua dan anak bisa saling bekerja sama dalam menjalani dan memaknai kehidupan untuk mencapai ridho Allah SWT.
Dalam Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah (13: 11) disebutkan, “Bapak dan ibu serta seorang wali dari anak hendaknya sudah mengajarkan sejak dini hal-hal yang diperlukan anak ketika ia baligh nanti. Hendaklah anak sudah diajarkan akidah yang benar mengenai keimanan kepada Allah, malaikat, Al Qur’an, Rasul dan hari akhir.
Begitu pula hendaknya anak diajarkan ibadah yang benar. Anak mestinya diarahkan untuk mengerti sholat, puasa, thoharoh (bersuci) dan semacamnya”. Perintah yang disebutkan di atas adalah pengamalan dari sabda Rasul SAW berikut ini. Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu, beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ
“Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan sholat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka“ (HR. Abu Daud no. 495. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Kembali dilanjutkan dalam Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, “Hendaklah anak juga diperkenalkan haramnya zina dan liwath, juga diterangkan mengenai haramnya mencuri, meminum khamr (miras), haramnya dusta, ghibah dan maksiat semacam itu. Sebagaimana pula diajarkan bahwa jika sudah baligh (dewasa), maka sang anak akan dibebankan berbagai kewajiban.
Dan diajarkan pula pada anak kapan ia disebut baligh” (HR. Abu Daud no. 495. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih). Perintah untuk mendidik anak di sini berdasarkan ayat berikut. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At Tahrim: 6).
Disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir (7: 321), ‘Ali mengatakan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah, “Beritahukanlah adab dan ajarilah keluargamu”. Di atas telah disebutkan tentang perintah mengajak anak untuk sholat. Di masa para sahabat, mereka juga mendidik anak-anak mereka untuk berpuasa. Mereka sengaja memberikan mainan pada anak-anak supaya sibuk bermain ketika mereka rasakan lapar. Tak tahunya, mereka terus sibuk bermain hingga waktu berbuka (waktu Maghrib) tiba.
Begitu pula dalam rangka mendidik anak, para sahabat dahulu mendahulukan anak-anak untuk menjadi imam ketika mereka telah banyak hafalan Al Qur’an. Begitu pula Rasulullah SAW pernah mendidik Umar bin Abi Salamah adab makan yang benar. Beliau berkata pada ‘Umar, يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ “Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (bacalah bismillah) ketika makan. Makanlah dengan tangan kananmu. Makanlah yang ada di dekatmu.” (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022). Praktik dari Ibnu ‘Abbas, ia sampai mengikat kaki muridnya yang masih belia yaitu ‘Ikrimah supaya muridnya tersebut bisa dengan mudah menghafal Al Quran dan Hadits. Bersumber dari Kitab Fiqh Tarbiyatil Abna’ karya Syaikh Musthofa Al ‘Adawi, hal. 86-87.(Ayyoehan Fadiya Annisa)***
Sumber Pikiran Rakyat.Com