Ponpes Dzikir Al Fath Berangkatkan Santri untuk Mengabdi di Desa Mualaf di Maluku

FPPU – Ponpes Dzikir Al Fath akan kembali memberangkatkan santri untuk mengabdi di daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) yang ada di Pulau Buru, Provinsi Maluku. Kali ini sebanyak enam santri Ponpes Dzikir Al Fath disiapkan untuk mengabdi di empat desa di Maluku yakni Desa Widit, Desa Dava, Desa Gogorea, dan Desa Basalale.

 

 

Pimpinan Ponpes Dzikir Al Fath KH Fajar Laksana mengatakan, santri yang mengabdi di Maluku, tengah bertugas menjaga Ustadz Garis Depan (UGD) karena masih banyak warga yang perlu dibantu dan dibina. “Jadi untuk Ustad Garis Depan ini kita sudah mengirimkan untuk ke empat kalinya ke desa tertinggal yaitu di Desa Widit. Sekarang sudah melebar ke Desa Dava, Gogorea dan Basalale,” katanya, Kamis 22 Agustus 2024.

 

 

Para santri mengajarkan pengajian kepada warga mualaf dan membantu mengajarkan pendidikan umum di sekolah. Kemudian memberikan pembekalan teknologi informasi di kantor pemerintahan desa. Selain itu, para santri UGD juga melatih kewirausahaan untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam yang melimpah di empat desa tersebut.  “Jadi kita mengajar di beberapa SD disana dan membangun kewirausahaan karena desa tertinggal otomatis desa termiskin,” tambahnya. “Selain itu mereka kurang kemampuan dibidang IT. Padahal di desa bantuan untuk IT sudah ada tapi tidak mampu mengoperasionalkannya sehingga desanya tidak terangkat padahal sumber daya alamnya sangat luar biasa.

 

 

Untuk itulah kita bantu dengan memberikan pelatihan-pelatihan dibidang IT,” tuturnya. Baca Juga: Teror Geng Motor Bersajam Resahkan Warga Sukaraja Sukabumi Dalam melaksanakan program ini, pihaknya bekerja sama dengan Bimas Kemenag Republik Indonesia yang juga akan memberikan bantuan Al Qur’an.

 

 

Pihaknya rutin mengirimkan santri untuk mengabdi di Maluku setiap enam bulan sekali. “Maka kita melakukan kerjasama dengan Bimas Kemenag Republik Indonesia dan alhamdulilah kita mendapat respon yang baik. Bahkan dari Bimas Kemenag Republik Indonesia mensuport berupa bantuan Al Qur’an untuk masyarakat di desa tertinggal,” lanjutnya.

 

 

“Sedangkan untuk pengawasan dan perlindunganya kita bekerja sama dengan Bimas yang memberikan rekomendasi dan dilaporkan kepada Kodim dan polres setempat. Alhamdulilah aparat TNI dan Polri sangat membantu kita sehingga kita aman dan nyaman dalam berdakwah,” cetusnya. Sementara itu Koordinator Da’i 3T se Indonesia, Subhan Nur mengapresiasi program UGD yang dilakukan Ponpes Dzikir Al Fath.

 

 

Dia berharap program ini terus berjalan hingga Ramadhan 2025.  “Ini kita sedang berkolaborasi antara Kementerian Agama dan Pondok Pesantren Dzikir Al Fath bagiamana UGD ini dapat memanfaatkan talenta dan kemampuan yang dimiliki oleh para santri yang selain pintar ngaji juga pintar silat,” ujarnya. Dia pun berpesan kepada santri yang menjadi UGD supaya menjaga sikap sopan santun menyesuaikan dengan adat di daerah tempat bertugas. “Ya tentunya untuk para santri UGD karena daerah yang didatangi bukan kampung halaman sendiri saya memberi wejangan untuk Assalamualikum dulu kepada pribumi dan pimpinan daerah setempat baik kepada Kades, kadus ataupun kepala suku yang ada di situ. Jadi kulo nuhun dulu, permisi dulu jadi jika itu sudah ditempuh Insya Allah segala aktivitas dan kegiatanya akan mudah untuk para da’i,” ucapnya.***

 

Sumber PikiranRakyat.Com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *