PIKIRAN RAKYAT – Pondok Pesantren Pagelaran III, Gardusayang, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Jawa Barat, menggelar Haul Akbar ke-51 K.H. Muhyiddin bin Arif atau Mama Pagelaran, Haul ke-19 K.H. Oom Abdul Qayyum Muhyiddin, dan Harlah Ponpes Pagelaran III ke-62. Acara tersebut digelar selama empat hari, yakni dari 29 Mei sampai 2 Juni 2024. Pada 29 Mei 2024, digelar Pasaran Kitab karangan Mama Pagelaran dan Ijazah Kubro, dilanjut pada hari berikutnya dengan bakti sosial dan pembagian sembako. Pada Sabtu, 1 Juni 2024, Ponpes Pagelaran III menggelar temu alumni akbar, ziarah ke makam Mama Pagelaran disertai manakib, istigasah, dan ramah tamah alumni.
Puncak acara Haul Akbar ke-51 Mama Pagelaran digelar pada Ahad, 2 Juni 2024. Sejumlah acara diselenggarakan dalam acara akbar itu, seperti bazar produk pondok pesantren, donor darah, pemeriksaan kesehatan, dan tablig akbar. Acara dimulai dengan pembacaan Al-Qur’an oleh qari internasional K.H. Salman Amrillah. Jemaah lantas tawasul bersama-sama. Doa dirapalkan. Suasana khidmat begitu terasa saat jemaah merapal doa, mendoakan sang guru, Mama Pagelaran dan K.H. Oom Abdul Qayyum Muhyidin.
Hendra Sirojudin, ketua pelaksana, berterima kasih kepada seluruh jemaah yang sudah hadir. “Mari kita jadikan momen ini sebagai perekat ukhuwah yang mungkin tadinya renggang, bisa kembali rekat jangan sampai terpecah karena perbedaan,” katanya dalam pembukaan haul akbar, Ahad. Acara haul akbar tersebut digelar oleh alumni Ponpes Pagelaran III. Sejumlah alumni yang memiliki perusahaan bahkan menjadi sponsor agar acara itu terlaksana.
Cara Ponpes Pagelaran III bertahan
Ponpes Pagelaran III merupakan salah satu ponpes klasik yang tetap bertahan hingga di tengah gempuran modernisasi. Pimpinan Ponpes Pagelaran III K.H. Asep Asrofil Alam mengungkapkan, ada hal yang dijaga pihaknya agar Ponpes Pagelaran III tetap bertahan. Yang utama adalah harus senantiasa menjalin silaturahmi dengan berbagai pihak, seperti dengan alumni dan dengan masyarakat itu harus menjalin komunikasi dengan bagus. Intinya komunikasi dengan masyarakat dan bagaimana pesantren itu bisa memberikan manfaat untuk masyarakat,” kata dia, Ahad.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan pesantren supaya diterima masyarakat, seperti pelayanan keagamaan maupun pemberdayaan ekonomi masyarakat dan umat. Selain itu, Ponpes Pagelaran III juga tidak menutup mata dengan teknologi yang terus mengalami pembaharuan. “Prinsip yang dipegang oleh pesantren itu adalah al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah, jadi mempertahankan yang baik dan mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik. Sekira itu ada manfaat dari hal-hal yang baru yang modern, pasti di situ harus diambil oleh pesantren. Karena, mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik yang lebih bermanfaat itu adalah salah satu cara juga untuk tetap eksis di tengah perkembangan zaman, adaptif,” tuturnya menerangkan.
Ponpes Pagelaran III
Ponpes Pagelaran III berdiri sejak 1962. Ponpes tersebut didirikan Mama Pagelaran. Hingga kini, ada sepuluh pesantren yang terletak di beberapa wilayah. Kitab-kitab karya Mama Pagelaran menjadi pegangan santri Ponpes Pagelaran III dan sembilan lainnya. Lebih dari 47 kitabnya menjadi rujukan, membahas pelbagai hal, salah satunya fikih. K.H. Asep bilang, sejak awal, Ponpes Pagelaran II dibangun untuk pembinaan masyarakat, baik akidah hingga bidang ekonomi. Selain berbahasa Indonesia, pembelajaran juga terkadang menggunakan bahasa Sunda, terlebih kitab karya Mama Pagelaran berbahasa Sunda. Kendati demikian, santri yang belajar di Ponpes Pagelaran III berasal dari pelbagai wilayah di Indonesia, bukan dari Tanah Pasundan saja, bahkan ada pula santri dari Sumatra.
“Dari segi pendidikan, di sini pelajaran ke kitab kuning tentang fikih. Secara umum, dulu Mama Pagelaran spesialisasinya di tafsir Jalalain, rujukan ulama-ulama di Jawa Barat, untuk dapat sanad ilmunya itu di sini,” kata dia menerangkan. Mama Pagelaran merupakan ulama besar yang juga merupakan pejuang, kakek dari eks Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Dikenal sebagai sosok yang bersahaja, Mama Pagelaran berpulang pada 30 November 1973 saat berusia 93 tahun.***
Sumber : Pikiran Rakyat.Com