FPPU – Ancaman bagi pemimpin dzalim sudah diperingatkan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya. Sebaliknya, Rasulullah SAW lebih menekankan kewajiban bagi seorang pemimpin dengan mengayomi rakyatnya. Dikutip buku Al-Qur’an Hadis Madrasah Tsanawiyah Kelas VII oleh H. Aminudin, zalim adalah perbuatan tercela yang dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain, baik di dunia maupun di akhirat. Makna zalim dalam Al-Qur’an juga dapat diebut sebagai bengis, kejam, tidak punya belas kasihan, dan tidak adil.
Rasulullah SAW pernah menjelaskan dalam haditsnya terkait ganjaran bagi pemimpin zalim. Disebutkan, mereka termasuk dalam golongan pertama yang akan masuk neraka. Dari Abu Hurairah RA yang mengutip sabda Rasulullah SAW, “Telah ditampakkan pada diriku tiga golongan pertama yang akan masuk ke dalam neraka, yaitu seorang pemimpin yang berbuat durhaka, orang kaya yang tidak mau menunaikan hak-hak Allah, dan orang miskin yang congkak.” (HR Ibnu Hibban dan ‘Uyainah)
Syamsul Rizal Hamid dalam buku 1500++ Hadis & Sunah Pilihan menjelaskan, konteks kezaliman pemimpin dalam hadits di atas bisa merujuk pada ketidakmampuan seorang pemimpin dalam berlaku adil baik terhadap diri sendiri maupun sesama warganya.
Ganjaran lain yang disebutkan Rasulullah SAW bagi pemimpin zalim adalah neraka Jahanam. Mereka akan ditempatkan di sumur Habhab pada sebuah lembah neraka tersebut. Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya di dalam neraka Jahanam itu terdapat lembah, dan di lembah itu terdapat sumur yang bernama Habhab. Allah pasti akan menempatkan setiap penguasa yang sewenang-wenang dan menentang kebenaran di dalamnya.” (HR Ath Thabrani, Al Hakim, dan Adz Dzahabi)
Begitu bencinya Rasulullah SAW dengan pemimpin zalim juga dijelaskan dalam salah satu hadits. Disebutkan, Rasulullah SAW turut mendoakan keburukan bagi pemimpin tersebut. “Wahai Allah, barangsiapa yang memimpin suatu urusan umatku, lalu dia menyusahkan mereka maka susahkanlah dia.” (HR Muttafaq ‘alaih)
Bahkan, umat Islam juga dianjurkan Rasulullah SAW untuk memerangi kedzaliman pada pemimpin dzalim. Hal ini terlihat dari anjuran untuk menyampaikan kebenaran pada mereka yang dinilai sebagai jihad.
Saat itu, Rasulullah SAW ditanya oleh seseorang dalam riwayat dari Alqmamah ibnu Marsad,
أَفْضَلُ الْحِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ أَوْ أَمِيرٍ جَائِرٍ
Artinya: “Jihad apa yang paling utama, ya Rasulullah?” Dengan tegas, Rasulullah SAW menjawab, “Menyampaikan kebenaran kepada pemimpin yang dzalim.” (HR An Nasa’i)
Riwayat lainnya disebutkan hal serupa, “Maka, beritahukanlah kepada mereka perkara yang haq (kebenaran) jika mereka melampaui batas. Barangsiapa terbunuh demi membela perkara yang haq (kebenaran), dia mati syahid.” (HR Ath Thabrani)
Padahal hak dan kewajiban seorang pemimpin sudah jelas diterangkan Rasulullah SAW. Dikutip dari Herry Mohammad, dkk dalam buku 44 Teladan Kepemimpinan Muhammad SAW, seorang pemimpin mempunyai kewajiban agar umatnya mendekat kepada Allah SWT agar didekati dengan keadilan. kedamaian, dan kesejahteraan.
Abu Hurairah RA pernah mengutip sabda Rasulullah SAW yang bersabda, “Seorang pemimpin adalah pengayom, bersama rakyatnya akan memerangi orang-orang kafir, dan wajib dipatuhi. Jika ia menyuruh bertakwa kepada Allah maka baginya adalah pahala. Tetapi jika ia menyuruhkan kepada selain itu maka ia akan menanggung dosanya.” (HR Imam An Nasa’i)
Sumber Detik.Com