FPPU – Bulan Safar merupakan bulan kedua dalam kalender Hijriah. Berikut kalender lengkap bulan Safar 2024 lengkap dengan amalan-amalannya. Kalender bulan Safar penting diketahui umat Islam sebagai rujukan dalam mengetahui waktu-waktu ibadah, seperti puasa. Untuk memudahkan, umat muslim perlu mengonversi tanggal Hijriah ke Masehi.
Kalender Bulan Safar 2024
Kementerian Agama RI telah merilis hasil konversi penanggalan Hijriah ke Masehi tahun 2024. Berikut kalender bulan Safar 2024 yang dikonversi ke Masehi:
1 Safar 1446 H: Selasa, 6 Agustus 2024
2 Safar 1446 H: Rabu, 7 Agustus 2024
3 Safar 1446 H: Kamis, 8 Agustus 2024
4 Safar 1446 H: Jumat, 9 Agustus 2024
5 Safar 1446 H: Sabtu, 10 Agustus 2024
6 Safar 1446 H: Minggu, 11 Agustus 2024
7 Safar 1446 H: Senin, 12 Agustus 2024
8 Safar 1446 H: Selasa, 13 Agustus 2024
9 Safar 1446 H: Rabu, 14 Agustus 2024
10 Safar 1446 H: Kamis, 15 Agustus 2024
11 Safar 1446 H: Jumat, 16 Agustus 2024
12 Safar 1446 H: Sabtu, 17 Agustus 2024
13 Safar 1446 H: Minggu, 18 Agustus 2024
14 Safar 1446 H: Senin, 19 Agustus 2024
15 Safar 1446 H: Selasa, 20 Agustus 2024
16 Safar 1446 H: Rabu, 21 Agustus 2024
17 Safar 1446 H: Kamis, 22 Agustus 2024
18 Safar 1446 H: Jumat, 23 Agustus 2024
19 Safar 1446 H: Sabtu, 24 Agustus 2024
20 Safar 1446 H: Minggu, 25 Agustus 2024
21 Safar 1446 H: Senin, 26 Agustus 2024
22 Safar 1446 H: Selasa, 27 Agustus 2024
23 Safar 1446 H: Rabu, 28 Agustus 2024
24 Safar 1446 H: Kamis, 29 Agustus 2024
25 Safar 1446 H: Jumat, 30 Agustus 2024
26 Safar 1446 H: Sabtu, 31 Agustus 2024
27 Safar 1446 H: Minggu, 1 September 2024
28 Safar 1446 H: Senin, 2 September 2024
29 Safar 1446 H: Selasa, 3 September 2024
30 Safar 1446 H: Rabu, 4 September 2024
Amalan di Bulan Safar
Terdapat sejumlah amalan yang dapat dikerjakan untuk memperoleh keutamaan dan pahala di bulan Safar. Menukil buku Kalender Ibadah Sepanjang Tahun karya Ust. Abdullah Faqih Ahmad Abdul Wahid, berikut amalan sunnah yang dapat dikerjakan di bulan Safar:
1. Membaca Doa di Awal Bulan Safar
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّ هٰذَا الزَّمَانِ وَأَهْلِهِ، وَأَسْأَلُكَ بِجَلَالِكَ وَجَلَالِ وَجْهِكَ وَكَمَالِ جَلَالِ قُدْسِكَ أَنْ تُجِيْرَنِيْ وَوَالِدَيَّ وَأَوْلَادِيْ وَأَهْلِيْ وَأَحْبَابِيْ وَمَا تُحِيْطُهُ شَفَقَةُ قَلْبِيْ مِنْ شَرِّ هٰذِهِ السَّنَةِ، وَقِنِيْ شَرَّ مَا قَضَيْتَ فِيْهَا، وَاصْرِفْ عَنِّيْ شَرَّ شَهْرِ صَفَرَ، يَا كَرِيْمَ النَّظَرِ، وَاخْتِمْ لِيْ فِيْ هٰذَا الشَّهْرِ وَالدَّهْرِ بِالسَّلَامَةِ وَالْعَافِيَةِ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَأَوْلَادِيْ وَلِأَهْلِيْ وَمَا تَحُوْطُهُ شَفَقَةُ قَلْبِيْ وَجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Arab Latin: Bismillaahir rahmaanir rahiim. Washallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihiwa shahbihii ajma’iin. A’uudzubillaahimin syarri haadzaz zamaani wa ahlihii wa a’uudzu bijalaalika wajalaali wajhika wakamaali jalaali qudsikaan tujiiranii wawaalidayya wa aulaadii wa ahlii wa ahibbaa-ii. Wama tuhiitu syafaqqahu qalbii min syarri haadzihis sanati waqini syarra maa qadhaita fiihaa washrif ‘annii syarra syahri shafara yaa kiriiman nazhari wakhtimlii fii haadzash syahri waddahri bissalaamati wal’aafiyati wassa’aadati lii wa liwaalidayya wa aulaadii wa li-ahlii wamaa tuhuthuhu shafaqqahu qalbi wa jamii’il muslimin. Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wasallam.
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Semoga Allah melimpahkan shalawat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, serta keluarga dan para sahabatnya. Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan waktu ini dan penduduknya, dan aku berlindung kepada keagungan-Mu, keagungan Dzat Mu, dan kesempurnaan keagungan kesucian-Mu, agar menjauhkan diriku, kedua orang tuaku, anak-anakku, keluargaku, orang-orang yang aku cintai, dan siapa saja yang dikasihi oleh hatiku, dari keburukan tahun ini, dan selamatkanlah aku dari kejahatan yang telah Engkau tetapkan dalam tahun ini. Dan, jauhkanlah aku dari keburukan bulan Shafar, wahai Allah Yang Mulia pandangan rahmat-Nya. Dan, tutuplah bulan dan saat ini dengan keselamatan dan kebahagiaan kepadaku, kedua orang tuaku, anak-anakku, siapa saja dikasihi oleh hatiku, dan seluruh umat Islam. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan keselamatan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, serta keluarga dan para sahabatnya.”
2. Mandi Tolak Bala
Mandi tolak bala adalah bentuk pembersih diri yang dimulai dari jasad lahiriah, kemudian dilanjutkan dengan membersihkan batin dari hal-hal buruk. Berikut ini niat mandi tolak bala:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ لِلَّهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu ghusla lidaf’il balaa-i lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Saya berniat mandi untuk menolak bala semata-mata karena Allah Ta’ala.”
3. Melakukan Ibadah Rutin
Melakukan ibadah-ibadah rutin dan harian lainnya, misalnya membaca al-Qur’an, shalat Dhuha, Tahajjud, Witir, Rawatib, bershadaqah, dan lain sebagainya. Kemudian, jangan lupa untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit hati berupa sombong, iri, dengki, riya, dan lain sebagainya.
4. Melakukan Amalan Sepanjang Hari
Amalan ini dilakukan dengan niat untuk memohon kepada Allah SWT atas segala mara bahaya, azab, maupun siksa. Amalan ini dibaca setiap hari sepanjang bulan Shafar. Adapun tata caranya sebagai berikut:
a. Membaca Syahadat 3 Kali
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللَّهِ
Arab Latin: Asyhadu allaa ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah.
Artinya: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
b. Membaca Istighfar 300 kali
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُوَأتُوبُ إلَيْكَ.
Arab Latin: Astaghfirullaahal ‘azhiim alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum wa atuubu ilaik.
Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah yang tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya.
c. Membaca Surat Al-Fiil 7 Kali
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِاَصْحٰبِ الْفِيْلِۗ ١اَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِيْ تَضْلِيْلٍۙ ٢وَّاَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا اَبَابِيْلَۙ ٣تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ مِّنْ سِجِّيْلٍۙ ٤فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍࣖ ٥
Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? Dan, Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong bondong. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. Lalu, Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (QS. al-Fiil [105]:1-5).
d. Membaca Ayat Kursi 7 Kali
اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَعُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Arab Latin: Allaahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum. Laa ta’khudzuhuu sinatuw wa laa nauum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardh. Man dzal ladzii yasfa’u ‘indahuu illaa bi idznih. Ya’lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum. Wa laa yuhithuuna bi syai-in min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’, wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardh. Wa laa ya-uuduhuu hifzhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘azhiim.
Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan, Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.”
5. Berpuasa
Pada bulan Safar, umat muslim dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah, yakni: Berpuasa sunnah Senin dan Kamis Berpuasa ayyamul bidh atau yang sering disebut dengan puasa bulan purnama yang dilakukan pada 13, 14, dan 15 bulan Safar.
6. Sedekah
Sedekah dilakukan dengan niat supaya dijauhkan dari mara bahaya. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa memberitakan kepadaku tentang berakhir bulan Safar, maka disunnahkan pada tanggal 27 Safar untuk menyembelih hewan, lalu dishadaqahkan dengan ikhlas karena Allah.”
7. Adab Rabu Terakhir di Bulan Safar
Tidak ada salahnya memohon ampunan dan ridha agar terhindar dari mara bahaya serta musibah. Amalan yang biasa dilakukan pada hari Rabu terakhir adalah sebagai berikut:
a. Membaca Syahadat 3 Kali
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللَّهِ
Arab Latin: Asyhadu allaa ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah.
Artinya: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
b. Membaca Istighfar 300 kali
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَأتُوبُ إلَيْكَ.
Arab Latin: Astaghfirullaahal ‘azhiim alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum wa atuubu ilaik.
Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah yang tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya.
c. Membaca Ayat Kursi 7 Kali
اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَعُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Arab Latin: Allaahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum. Laa ta’khudzuhuu sinatuw wa laa nauum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardh. Man dzal ladzii yasfa’u ‘indahuu illaa bi idznih. Ya’lamu maa baina aidiihim wamaa khalfahum. Wa laa yuhithuuna bi syai-in min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’, wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardh. Wa laa ya-uuduhuu hifzhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘azhiim.
Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan, Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.”
d. Membaca Surat Al-Fil 7 Kali
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِاَصْحٰبِ الْفِيْلِۗ ١اَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِيْ تَضْلِيْلٍۙ ٢وَّاَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا اَبَابِيْلَۙ ٣تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ مِّنْ سِجِّيْلٍۙ ٤فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍࣖ ٥
Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? Dan, Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong bondong. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. Lalu, Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (QS. al-Fiil [105]:1-5).
Keempat amalan tersebut bisa dilakukan secara berjamaah atau sendiri pada siang hari di Rabu terakhir bulan Shafar. Pada hari itu pula, sebaiknya diusahakan tidak keluar rumah.
8. Shalat Sunnah
Sebagian ulama salaf mengatakan bahwa pada bulan Shafar atau pada hari Rabu terakhir bulan Safar disunnahkan melakukan shalat. Tata cara shalatnya adalah sebagai berikut:
a. Niat shalat sunnah Mutlak 4 rakaat (dua salam):
أُصَلَّى سُنَّةً رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
Arab Latin: Ushallii sunnatar rak’ataini lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat shalat sunnah dua rakaat karena Allah.”
b. Setiap rakaat setelah Al-Fatihah, membaca:
1. Surat Al-Kautsar 17 kali:
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ ١فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ ٢اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُࣖ ٣
Artinya: “Sesungguhnya, Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka, dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah (menyembelih hewan qurban dan mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan). Sesungguhnya, orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (QS. al-Kautsar [108]:1-3).
2. Surat Al-Ikhlas 5 Kali
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ ١اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ ٢لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ ٣وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌࣖ ٤
Artinya: “Katakanlah, ‘Dia-lah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan, tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlash [112]: 1-4).
3. Surat Al-Falaq 1 kali:
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ ١مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ ٢وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ ٣وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ ٤وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَࣖ ٥
Artinya: “Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul (tukang sihir membikin buhul-buhul dari tali lalu membacakan jampi-jampi dengan menghembus-hembuskan napasnya ke buhul tersebut), dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (QS. al-Falaq (113]:1-5).
4. Surat An-Naas 1 Kali
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ ١مَلِكِ النَّاسِۙ ٢اِلٰهِ النَّاسِۙ ٣مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ ٤الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ ٥مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِࣖ ٦
Artinya: “Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sesembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. an-Naas [114]:1-6).
c. Doa Setelah Sholat
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. اللَّهُمَّ يَا شَدِيدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيعُ خَلْقِكَ إِكْفِنِي مِنْ جَمِيعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اللهم بستر الْحَسَنِ وَأَخِيهِ وَجَدَهِ وَأَبِيْهِ أَكْفِنِي هَذَ الْيَوْمَ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِي فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَحَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلِ وَلَا حَوْلَ وَلَا قوة إِلَّا يا الله العلى الْعَظِيمِ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ./
Arab Latin: Bismillaahir rahmaanir rahiim. Allaahumma yaa syadiidal quwaa wa yaa syadiidal mihaal yaa ‘aziizu dzallat li’izzatika jamii’u khalqika ikfinii min jamii’i khalqikayaa muhsinuyaa mujammilu yaa mutafadh dhilu yaa mun’imu yaa mukrimu yaa man laa ilaaha illaa anta birahmatika yaa arhamar raahimiin. Allaahumma bisirril hasani wa akhiihi wa jaddihi wa abiihi ikfinii syarra haadzal yauma wa maa yanzilu fiihi yaa kaafii fasayakfiyukahumullaahu wa huwassamii’ul ‘aliim. Wahasbunallaahu wani’malwakil, wa laahaula walaa quwwataillaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim. Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wasallam.
Artinya: “Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memiliki Kekuatan dan Keupayaan. Ya Allah, Tuhan Yang Maha Mulia, dan karena Kemuliaan-Mu itu, menjadi hinalah semua makhluk ciptaan-Mu, peliharalah aku dari kejahatan makhluk-Mu. Ya Allah, Tuhan Yang Maha Baik Perbuatan-Nya; Ya Allah, Tuhan Yang Memberi Keindahan, Keutamaan, Kenikmatan, dan Kemuliaan; Ya Allah, Tiada Tuhan kecuali hanya Engkau dengan Rahmat-Mu Yang Maha Penyayang. Semoga shalawat dan salam Allah senantiasa tercurah pada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.”
Shalat sunnah Mutlak pada hakikatnya adalah shalat sunnah yang dikerjakan tanpa ditentukan waktunya, tanpa ditentukan jumlah rakaatnya, dan tidak ada sebabnya. Oleh sebab itu, shalat sunnah Mutlak dapat dilakukan tanpa sebab tertentu yang menyertainya, dan bisa dikerjakan kapan saja. Namun, shalat sunnah ini tidak boleh dilakukan pada waktu-waktu yang diharamkan melaksanakan shalat.
Adapun waktu-waktu yang diharamkan mengerjakan sholat sunnah adalah:
Waktu Matahari sedang terbit hingga naik setombak atau lembing.
Ketika Matahari berada tepat di puncak ketinggiannya hingga tergelincir. Kecuali, pada hari Jumat ketika orang masuk masjid untuk mengerjakan sholat Mahiyyyatul Masjid.
Sesudah sholat Ashar sampai terbenam Matahari.
Sesudah sholat Subuh hingga terbit Matahari agak tinggi.
Ketika Matahari sedang terbenam sampai sempurna terbenamnya.
Itulah kalender bulan Safar 2024 lengkap dengan amalan-amalannya. Semoga bermanfaat
Sumber Detik.Com