FPPU – Menjelang pemilu tahun 2024, para calon gubernur dan calon bupati di seluruh Indonesia mulai bermunculan, menawarkan performa dengan berbagai cara, guna meningkatkan elektabilitas dan menarik perhatian masyarakat.
Islam memang memberikan ruang khusus bagi seorang pemimpin untuk mendapatkan ridha Allah, karena posisi pemimpin merupakan jalan tol untuk menuju surga, bahkan dalam hadist shahih Bukhari dijelaskan, orang pertama mendapatkan naungan Allah kelak, dimana tidak ada naungan selain naungan Allah yaitu seorang pemimpin yang adil.
Pada hadist yang lain, rasulullah mengatakan kedudukan seorang pemimpin yang adil paling kelak, paling dekat di samping Allah. Rasullullah bersabda, yang diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri RA :
عَنْ أَبِي سَعِيدِ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنهُ . قال: قال رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم : إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَقْرَبَهُمْ مِنْهُ مَجْلِساً إِمَامُ عَادِلٌ وَإِنَّ أَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَشَدَّهُ عَذَابًا إِمَامُ جَائِرٌ
Artinya: Dari Abu Said Al-Khudri ra: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya manusia yang paling dicintai Allah SWT dan yang paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah para pemimpin yang adil, sedangkan manusia paling dibenci oleh Allah SWT dan paling jauh tempat duduknya di hari kiamat adalah para pemimpin yang zalim.” (HR. Turmudzi).
Pemimpin Dhalim Namun, sebaliknya Allah dan rasulnya juga memberi peringatan keras, bagi seorang pemimpin yang dhalim, pemimpin yang tidak adil terhadap kepemimpinannya, banyak sekali ayat Alquran dan hadist yang menjelaskan ancaman bagi seseorang pemimpin yang dhalim. Ancaman agar para calon pemimpin yang maju di Pemilukada ke depan untuk lebih hati-hati dan menepati serta merealisasikan apa yang menjadi janji mereka terhadap masyarakat dan janji di hadapan Allah dan rasulnya.
Ancaman Allah terdapat dalam Al-Quran Surah Muhammad ayat 22-23: bahwa Allah melaknat pemimpin yang melakukan kerusakan; ” Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. ”
Ayat ini dengan tegas Allah sampaikan ancaman atau laknat bagi seorang pemimpin yang sudah mendapatkan kekuasaannya, namun melakukan kerusakan di muka bumi, menggunakan jabatannya dengan semena-mena, memutuskan silaturahmi dengan keluarganya, dengan sahabat dengan para tim pemenangannya, yang sebelumnya sudah ia bangun ketika berkampanye.
Maka pemimpin jenis ini akan dilaknat, ditulikan telinganya dari perkataan baik, dibutakan matanya dari penglihatan kebaikan, hingga dia terus dibisikkan oleh orang jahat dan buruk, kemudian Allah laknatkan atas diri mereka, Allah laknat kehidupan mereka.
Imam besar Masjid Raya Baiturrahman Aceh, Prof. Kamaruzzaman menjelaskan tafsir ayat diatas bahwa, orang-orang tersebut dibutakan hatinya dari kebenaran, dikosongkan jiwanya dari fitrah kebenaran, ditulikan telinganya dari yang haq, sehingga dibiarkan melakukan segala kerusakan dengan sesuka hatinya.
Lalu, apabila sudah dilaknat oleh Allah SWT, apa yang tersisa dari pengharapan mereka? Tidak ada. Tidak ada tempat untuk mengadu lagi, jika yang telah menjadi musuhnya adalah Allah SWT. Jika pemimpin yang sudah tidak mendapatkan hidayah dari Allah, maka ia tidak mendapatkan kemenangan dunia dan akhirat, begitulah akhir dari kehidupan seorang pemimpin yang dhalim, pemimpin munafik yang berpaling dari Allah SWT, tidak mendapatkan petunjuk dan dibiarkan terus berada dalam kegelapan, dibiarkan dalam kemaksiatan, terus bergelimang dengan dengan dosa, yang kemudian cenderung melakukan hal yang melawan dengan perintah Agama.
Pemimpin yang dhalim juga tidak boleh diikuti, Allah juga mengancam umat yang taat pada pemimpin yang dhalim, serta mereka kelak di hari kiamat, para masyarakat yang ia pimpin, akan bersaksi di hadapan Allah dan meminta adzab dua kali lebih besar kepada seorang pemimpin yang dhalim, hal ini Allah abadikan dalam surah Al-ahzab ayat 66-68 sebagai berikut: “Pada hari ketika wajah mereka dibolak-balikan di dalam neraka, mereka berkata: sekiranya kami mentaati Allah dan Rasul-Nya. Dan mereka berkata: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar.
Ya Tuhan kami, timpakan kepada mereka azab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar.” (Al-Ahzab: 66-68). Rasullullah dalam sebuah haditsnya, beliau tegaskan bahwa para pemimpin dzalim yang menipu rakyat dengan janji-janji palsunya, diharamkan baginya surga. Rasulullah saw bersabda:
مَنِ اسْتَرْعَاهُ اللهُ رَعِيَّةً ثُمَّ لَمْ يُحِطْهَا بِنُصْحٍ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ. متفق عليه. وفي لفظ : يَمُوتُ حِينَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاسِ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ. “Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya surga” (Bukhari dan Muslim].
Cukuplah Allah dan rasulnya menjadi pengingat bagi kita semua, agar lebih hati-hati dalam memimpin, hati dalam menebarkan janji, agar dapat merealisasikan apa yang menjadi janji, mengerjakan yang haq, meninggalkan yang bathil, serta terus Istiqomah dijalan Allah. Semoga para pemimpin kita kelak, menjadi seorang pemimpin yang adil, terhindar dari perbuatan dhalim, dan menjadi peringatan Allah dan rasulnya sebagai acuan dalam kepemimpinannya. Wallahu alam bisshawab.
Sumber Larasnews.Com