FPPU – Pesantren dari berbagai daerah di Indonesia berkomitmen untuk terus melawan komunisme. Caranya dengan mengangkat sejarah Partai Komunis Indonesia (PKI) yang membantai umat Islam di berbagai tempat. Di wilayah Magetan misalnya, kiai dan santri Pesantren Sabielul Muttaqien menjadi korban pembantaian PKI. Juga banyak Para korban dikubur hidup-hidup di beberapa tempat, seperti di Desa Kresek Madiun Jawa Timur. Terdapat 17 orang dikubur di sana. Pemerintah mengabadikan kekejaman PKI dengan membangun Monumen Kresek sehingga menjadi tempat wisata masyarakat berbagai generasi.
Anggota Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor Prof Dr KH Amal Fathullah Zarkasyi menjelaskan bahwa pada masa itu situasi Ponorogo mencekam. PKI dengan para pengikutnya tak sungkan menghabisi nyawa siapa pun yang berseberangan sikap dan pendapat dengan mereka. “Kekejaman mereka sudah umum, terjadi di mana-mana. Saya pernah baca sebuah penelitian, korban jiwa komunisme mencapai 100 juta orang, termasuk di Indonesia,” ujar putra KH Imam Zarkasyi ini dalam diskusi virtual mewaspadai komunisme baru yang diselenggarakan Forum Pesantren Alumni Gontor (FPAG).
Dia mengimbau siapa pun untuk selalu mengimbau masyarakat bahwa PKI ini berbahaya. Belakangan ini, ada upaya membangun narasi bahwa PKI adalah korban. Dengan begitu, dunia diarahkan untuk mengasihani para anggota partai komunis yang sudah dibubarkan sejak 1966 tersebut
Narasi ini didengungkan dengan berbagai cara, di antaranya melalui konten digital berupa video dan tulisan. Kemudian juga melalui kegiatan luring berupa diskusi dan buku. “Ini berbahaya. Jangan sampai bangsa ini melupakan bagaiamana dulu mereka membantai ulama dengan sangat biadab di berbagai daerah,” kata Rektor Universitas Darussalam Gontor ini.
Ketua Forum Pesantren Alumni Gontor (FPAG), KH Zulkifli Muhadli, mengkhawatirkan adanya upaya untuk membangkitkan PKI. Bisa jadi, PKI bangkit bukan lagi dalam bentuk partai, tapi menyebarkan anggotanya ke berbagai partai. “Ini sama dengan yang diajarkan Tzun Zu dalam The Art of War, bunuhlah musuhmu dengan pisau orang lain. Artinya gunakanlah perangkat lain untuk menyuarakan perlawanan mereka,” imbuhnya
Strategi kedua adalah mengecoh lawan. Ketiga datang ke medan perang lebih awal untuk menguasai logistik dan tempat strategis. Dengan begitu mereka unggul dan kuat untuk bertahan menghadapi lawan. Terakhir adalah memecah belah lawan. Buat mereka tidak menyatu sehingga menjadi lemah dan tercerai berai.
KH Zulkifli yang kini mengasuh Pesantren al-Ikhlas Taliwang Sumbawa NTB tersebut mengimbau umat Islam untuk mengenali kawan dan lawannya. “Kita harus mempunyai strategi. Betul makar Allah adalah yang terbaik, tapi kita tak boleh diam. Harus bergerak, muhadharah kita sekarang ini adalah untuk mewaspadai kebangkitan PKI,” imbuhnya.
Sejarah mencatat PKI sebagai partai komunis terbesar kedua di Asia setelah Cina. Segala fitnah dan kebohongan mereka lontarkan untuk membenarkan dan memuluskan narasi yang mereka bangun. Namun pada kenyataannya, PKI hancur lebur karena mengancam kedaulatan dan keberlangsungan bangsa ini.
“Makar Allah pasti yang terbaik. Itu keyakinan kita. Kami di parlemen konsisten untuk mengawal kemaslahatan bangsa ini dengan segala upaya yang ada,” katanya.
Pengasuh Pesantren Dar El Azhar Rangkasbitung Banten, Dr KH Ikhwan Hadiyyin, menjelaskan pihaknya selalu bersinergi dengan aparatur negara untuk mengenang kebiadaban PKI. Beberapa hari ini pihaknya bersinergi dengan TNI untuk menggelar berbagai kegiatan yang melibatkan santri. Bersama Forum Silaturahim Pondok Pesantren (FSPP) Banten, pihaknya merangkul 4.140 pesantren untuk menyuarakan bahaya komunisme. “Kami berusaha menginspirasi umat untuk selalu mencegah komunisme bangkit di negeri ini,” katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amin Prenduan Madura Jawa Timur KH Ahmad Fauzi Tijani juga menjelaskan bahwa pihaknya bersama ulama berkomitmen untuk membentengi umat Islam dari bahaya komunisme. “Alhamdulillah kami selalu berkomunikasi. Semuanya satu suara untuk menguatkan iman dan takwa sehingga selalu mewaspadai ancaman seperti komunisme,” imbuhnya.
Sekretaris Jenderal FPAG KH Anang Rikza Masyhadi mengatakan, bahwa harus ada narasi yang menginspirasi bangsa tentang bahaya komunisme. Narasi tersebut akan menggerakkan masyarakat untuk selalu berhati-hati dan mewaspadai komunisme. Dengan begitu, mereka akan bergerak dan berupaya tidak memberikan celah sedikit pun kepada komunisme untuk bangkit.
Pimpinan Pondok Modern Tazakka Bandar Jawa Tengah ini menjelaskan, secara kelembagaan, komunisme memang sudah tidak ada. PKI sudah dibubarkan setelah mereka memberontak dan hendak mengkudeta pemerintah negeri ini pada 1965. “Tapi gerakan-gerakan komunis itu bukan berarti tidak ada,” katanya.
Pihaknya mendapatkan laporan adanya kiai dari beberapa pesantren mengalami persekusi, bahkan, menerima ancaman. Alumnus al-Azhar Mesir ini menjelaskan bahwa hal tersebut jelas merupakan gaya PKI yang mengancam umat.
Pihaknya sudah mengimbau 900-an pesantren yang berada dalam naungannya untuk menjadikan momentum untuk mengokohkan perlawanan terhadap ideologi komunisme. Beberapa pesantren menggelar nonton bersama film G30S/PKI. Ada pula yang menggelar ceramah, diskusi, bedah buku, dan lain sebagainya. “30 september harus menjadi momentum mengukuhkan para santri bahwa komunisme adalah musuh kita,” tegasnya.
Sumber Gontor News.Com